Minggu, 19 September 2021

R E S P O N S I B L E

Jam di Smartphone-ku menunjukkan 20:55. Ini aku baru sekitar ½ jam nyampe rumah nih, gaizz.. capek bangett.. badan dan batin 😐 sakit kepala sebelah pula 😑 sedikit.

Si tablet putih-oren ada sih di kotak obat, tapi lihat gimana ntar dulu, aku berusaha nggak sikit² minum obat.


Barusan dah makan malam, Mi Goreng DAAI, dimasakin si Sulung, yang kumintai tolong.


Di foto ada dua buah Pir yang compang-camping ya, gaizz.. yang satu gompel, dan satunya robek, bonyok. Ada pratiin? 

Itu tadi ceritanya aku ke supermarket, mau beli mi instan, untuk mengisi stok yang kosong di dapur. Menjelang rak tempat biasanya mi itu terletak aku melewati rak buah-buahan. Teringat istri dan anak-anak di rumah. Yang butuh serat. Butuh yang seger². Apalagi si Sulung sudah beberapa hari ini sariawan, panas dalam. Ya, agar bugar, tubuh kita memang butuh nutrisi buah-buahan. Ketemu Mangga, nggak ngerti itu Mangga jenis apa, gak ada label, jadi aku ambil satu bawa ke petugas timbang, tanya nama dan harga sekilonya berapa, dia bawa pergi nanya ke yang ngerti, balik² dah bawa stiker harga, langsung ditempelnya ke kantong plastik berisi buah Mangga, yang hanya sebuah itu, yaudah, gapapa.


Aku lanjut ke samping Mangga, ada Pir, kuning lembut warnanya, aku salah langkah, ngambil satu yang di bagian bawah tumpukan, belum setengah menit ada satu Pir yang jatuh ke lantai, sedikit kaget, untung Jantung sehat, nggak pingsan, tapi Pirnya pecah, ada retakan menganga. Awalnya aku sertamerta ambil, lihat ada retakan, taruh ke rak, trus milih yang lain di tumpukan. Gak terpikir untuk bertanggungjawab. Tapi sekian detik kemudian spontan teringat pengalaman yang --kalonggak salah ingat-- Warna Chi pernah ceritakan di Facebook, tempo hari, mengenai dirinya yang menjatuhkan suatu produk di supermarket, sedikit rusak, mengembalikannya ke rak, mengambil yang lain, namun oleh suaminya diajak untuk menyadari curangnya tindakan seperti itu, dan kemudian produk yang agak rusak itu diambil, dimasukkan ke troli belanjaan, dibayar, dan dibawa pulang. Satu bentuk tanggungjawab moral. 

[ Eh, Warna atau Warni Chi ya? 😁 Ingat² lupa aku.. ]


Mengingat itu aku jadi merasa bersalah kalau membiarkannya di situ, yang kalo terambil konsumen² lain tentu tidak akan dipilih, maka Pir kecelakaan ini nggak laku, dan itu merugikan pihak penjualnya. Maka aku ambil Pir agak rusak itu, dan memasukkannya ke dalam kantong.


"Itulah kalau ngambilnya yang bagian bawah....", keluh seorang mbak yang sedang menyusun barang di dekat situ, nadanya lesu, mungkin jengkel juga, tapi nggak terdengar nada marah di suaranya.


Kukeluarkan dari kantong dan kuperlihatkan ke dia, "Ini, mbak, yang jatuh, pecah, aku ambil kok 😀", untuk menenangkan batinnya, padahal batinku pun tidak setenang yang terlihat di permukaan, aku merasa ini tidak sepenuhnya salahku, buah Pirnya yang sebanyak itu yang diletakkan di tempat yang salah, di paling atas, gimana kalau peminatnya bertubuh lebih rendah daripadaku!?, gimana andai si peminat berjangkauan lengan lebih pendek dariku!?, bukankah yang dijangkau juga yang bagian bawah!? Pir Xiangli yang hanya beberapa dan kecil², hanya sebaris dan sama sekali tidak bertumpuk, malah ditaruh di rak bawah. Aku sadari, ini alasan yang batinku cari-cari, untuk membebaskan diri dari kemelut. Lesu jadinya, nggak semangat belanja lagi. Ada sisi baiknya, nggak sampe harus keluar duit lebih banyak 😁


Selang nggak lama kembali aku melakukan kesalahan yang sama 😑 kurang fit kayaknya aku, lelah fisik serta batin nyaris seharian (tadi di toko aku nuker lampu, ngatur pencahayaan, angkut tangga sendiri, manjat tangga sendiri, lepasin lampu sendiri, pasang lampu sendiri, tuker lagi sendiri, coba ubah tempat lagi, sendiri, emang lagi pengen aja lakukan sendiri, lagi nggak pengen minta bantuan karyawan, mengganti lampu watt kecil dengan yang besar, dan yang bermerk dengan mutu terjamin, PHILIPS, agar baca majalahku nyaman, ngecek price-list-ku nyaman, dan konsumen pun nyaman), di sebelahnya aku nyomot yang bagian bawah juga 😢 dan ketika hendak jongkok eh ada dua lagi Pir yang jatuh, beberapa mbak sampe berseru kaget. Aku pungut dan taruh sekenanya di rak paling bawah, bermaksud membiarkannya di sana, tidak memboyongnya masuk kantong. Tapi kemudian perasaan kembali nggak enak. Aku ambil keduanya. Yang satu mulus, mungkin tidak langsung jatuh ke lantai keramik tapi singgah dulu di rak di dekatnya, baru kemudian meneruskan gelundungannya ngikuti gravitasi hingga ke lantai, kukembalikan ke tumpukan di rak atas. Yang satunya gompel, aku masukin ke kantong, dengan berat hati 😢 😑 nggak tau apakah nanti akan kumakan atau gimana, kotorkah?, terkontaminasikah? Lagi mumet gitu belum sempat mikir banyak.


Mi instan yang kuincar tidak berada di tempat biasanya, seorang mbak bilang stoknya sedang kosong. Yowes.. ke kasirlah aku menuju, bayar dan pulang. Eh tapi di perjalanan, mata masih menangkap deretan kopi tertata rapi, angan melayang ke kopi Kerinci, ketemu satu, ambil, pengen coba, tehnya sih sudah melanglang buana, hingga ke dapur Keluarga Istana Kerajaan Inggris Raya, tempo hari aku pirsa di tipi beritanya.


Berjalan memutar dan singgah dulu di area penimbang, dua bungkusan berisi Pir beda jenis ditimbang dan dilabeli, yang satu Yalie mulus, dan satunya berisi Century utuh 1 dan babak belur 2. Ditimbang, ditempeli label. Kubawa ke kasir, bayar, minta didusin, dan diikat biar nggak jebol, pulang.


Tindakan tersebut kunilai sudah tepat. 

Maka tidak akan timbul penyesalan di kemudian. 

Tanggungjawab memang sudah seharusnya dilaksanakan.

Jangan menjadi pengecut yang curang,

dan tidak berperasaan.


Nah ini dia tautannya, ke kisah yang Warna Chi ceritakan itu, cekidot: 

https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=10155136064207510&id=692922509

Rabu, 02 September 2020

R E S P O N S I B L E

Jambi, 31 Agustus 2020
pukul 21.39

Jam di Smartphone-ku menunjukkan 20:55. 
Ini aku baru sekitar ½ jam nyampe rumah nih, gaizz.. capek bangett.. badan dan batin 😐 sakit kepala sebelah pula 😑 sedikit.
Si tablet putih-oren ada sih di kotak obat, tapi lihat gimana ntar dulu, aku berusaha nggak sikit² minum obat.

Barusan dah makan malam, Mi Goreng DAAI, dimasakin si Sulung, yang kumintai tolong.

Di foto ada dua buah Pir yang compang-camping ya, gaizz.. yang satu gompel, dan satunya robek, bonyok. Ada pratiin? 
Itu tadi ceritanya aku ke supermarket, mau beli mi instan, untuk mengisi stok yang kosong di dapur. Menjelang rak tempat biasanya mi itu terletak aku melewati rak buah-buahan. Teringat istri dan anak-anak di rumah. Yang butuh serat. Butuh yang seger². Apalagi si Sulung sudah beberapa hari ini sariawan, panas dalam. Ya, agar bugar, tubuh kita memang butuh nutrisi buah-buahan. Ketemu Mangga, nggak ngerti itu Mangga jenis apa, gak ada label, jadi aku ambil satu bawa ke petugas timbang, tanya nama dan harga sekilonya berapa, dia bawa pergi nanya ke yang ngerti, balik² dah bawa stiker harga, langsung ditempelnya ke kantong plastik berisi buah Mangga, yang hanya sebuah itu, yaudah, gapapa.

Aku lanjut ke samping Mangga, ada Pir, kuning lembut warnanya, aku salah langkah, ngambil satu yang di bagian bawah tumpukan, belum setengah menit ada satu Pir yang jatuh ke lantai, sedikit kaget, untung Jantung sehat, nggak pingsan, tapi Pirnya pecah, ada retakan menganga. Awalnya aku sertamerta ambil, lihat ada retakan, taruh ke rak, trus milih yang lain di tumpukan. Gak terpikir untuk bertanggungjawab. Tapi sekian detik kemudian spontan teringat pengalaman yang --kalonggak salah ingat-- Warna Chi pernah ceritakan di Facebook, tempo hari, mengenai dirinya yang menjatuhkan suatu produk di supermarket, sedikit rusak, mengembalikannya ke rak, mengambil yang lain, namun oleh suaminya diajak untuk menyadari curangnya tindakan seperti itu, dan kemudian produk yang agak rusak itu diambil, dimasukkan ke troli belanjaan, dibayar, dan dibawa pulang. Satu bentuk tanggungjawab moral. 
[ Eh, Warna atau Warni Chi ya? 😁 Ingat² lupa aku.. ]

Mengingat itu aku jadi merasa bersalah kalau membiarkannya di situ, yang kalo terambil konsumen² lain tentu tidak akan dipilih, maka Pir kecelakaan ini nggak laku, dan itu merugikan pihak penjualnya. Maka aku ambil Pir agak rusak itu, dan memasukkannya ke dalam kantong.

"Itulah kalau ngambilnya yang bagian bawah....", keluh seorang mbak yang sedang menyusun barang di dekat situ, nadanya lesu, mungkin jengkel juga, tapi nggak terdengar nada marah di suaranya.

Kukeluarkan dari kantong dan kuperlihatkan ke dia, "Ini, mbak, yang jatuh, pecah, aku ambil kok 😀", untuk menenangkan batinnya, padahal batinku pun tidak setenang yang terlihat di permukaan, aku merasa ini tidak sepenuhnya salahku, buah Pirnya yang sebanyak itu yang diletakkan di tempat yang salah, di paling atas, gimana kalau peminatnya bertubuh lebih rendah daripadaku!?, gimana andai si peminat berjangkauan lengan lebih pendek dariku!?, bukankah yang dijangkau juga yang bagian bawah!? Pir Xiangli yang hanya beberapa dan kecil², hanya sebaris dan sama sekali tidak bertumpuk, malah ditaruh di rak bawah. Aku sadari, ini alasan yang batinku cari-cari, untuk membebaskan diri dari kemelut. Lesu jadinya, nggak semangat belanja lagi. Ada sisi baiknya, nggak sampe harus keluar duit lebih banyak 😁

Selang nggak lama kembali aku melakukan kesalahan yang sama 😑 kurang fit kayaknya aku, lelah fisik serta batin nyaris seharian (tadi di toko aku nuker lampu, ngatur pencahayaan, angkut tangga sendiri, manjat tangga sendiri, lepasin lampu sendiri, pasang lampu sendiri, tuker lagi sendiri, coba ubah tempat lagi, sendiri, emang lagi pengen aja lakukan sendiri, lagi nggak pengen minta bantuan karyawan, mengganti lampu watt kecil dengan yang besar, dan yang bermerk dengan mutu terjamin, PHILIPS, agar baca majalahku nyaman, ngecek price-list-ku nyaman, dan konsumen pun nyaman), di sebelahnya aku nyomot yang bagian bawah juga 😢 dan ketika hendak jongkok eh ada dua lagi Pir yang jatuh, beberapa mbak sampe berseru kaget. Aku pungut dan taruh sekenanya di rak paling bawah, bermaksud membiarkannya di sana, tidak memboyongnya masuk kantong. Tapi kemudian perasaan kembali nggak enak. Aku ambil keduanya. Yang satu mulus, mungkin tidak langsung jatuh ke lantai keramik tapi singgah dulu di rak di dekatnya, baru kemudian meneruskan gelundungannya ngikuti gravitasi hingga ke lantai, kukembalikan ke tumpukan di rak atas. Yang satunya gompel, aku masukin ke kantong, dengan berat hati 😢 😑 nggak tau apakah nanti akan kumakan atau gimana, kotorkah?, terkontaminasikah? Lagi mumet gitu belum sempat mikir banyak.

Mi instan yang kuincar tidak berada di tempat biasanya, seorang mbak bilang stoknya sedang kosong. Yowes.. ke kasirlah aku menuju, bayar dan pulang. Eh tapi di perjalanan, mata masih menangkap deretan kopi tertata rapi, angan melayang ke kopi Kerinci, ketemu satu, ambil, pengen coba, tehnya sih sudah melanglang buana, hingga ke dapur Keluarga Istana Kerajaan Inggris Raya, tempo hari aku pirsa di tipi beritanya.

Berjalan memutar dan singgah dulu di area penimbang, dua bungkusan berisi Pir beda jenis ditimbang dan dilabeli, yang satu Yalie mulus, dan satunya berisi Century utuh 1 dan babak belur 2. Ditimbang, ditempeli label. Kubawa ke kasir, bayar, minta didusin, dan diikat biar nggak jebol, pulang.

Tindakan tersebut kunilai sudah tepat. 
Maka tidak akan timbul penyesalan di kemudian. 
Tanggungjawab memang sudah seharusnya dilaksanakan.
Jangan menjadi pengecut yang curang,
dan tidak berperasaan.

Nah ini dia tautannya, ke kisah yang Warna Chi ceritakan itu, cekidot: 
https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=10155136064207510&id=692922509

Minggu, 11 Agustus 2019

R E A K S I

😀 Good Morning, guys...

Pagi yang hmmm... Cerah? Kelabu?
Tergantung suasana hati 😊

Semalem di rumahmu matilampu, sob?
Malemalem lagi santai nyium bau asep?
Air ledeng nggak ngalir?

Biasanya kalo mati lampu kita ngapain?
Segera ambil lilin?
Bukan!
Itu zaman dulu!
Zaman sekarang mah ambil handphone...
...trus ngomelin PLN di Facebook 😁

Baca pemberitahuan dari pihak PDAM bahwa dua hari lagi air bakal nggak netes seharian, segera siapin tong air dan diisi sampe penuh?
Bukan!
Itu sebagian warga aja yang kayak gitu!
"Kita" sih woles aja, emang gue pikirin... ini feisbukan lagi nanggung nih...

* Dua hari kemudian *

Pagi-pagi air udah nggak ngalir. Ambil apa, bapak ibu...???

Ambil HP! 😂

[Petugas PDAM lagi yang kena... padahal justru lagi ada perbaikan atas pipa lama yang sudah waktunya diganti baru.]

Malam-malam berbau asap . . . ? ? ?
Mau ngomel juga percuma...
Mau marah-marah juga untuk apa...?
Mau jengkel juga nyusahin diri sendiri aja...
Trus kudu piye..?

Kalo aku sih sekarang mikirnya gini...
Kita susah karena kita pernah berbuat salah, kapan pun, terhadap siapa pun,
Kita bahagia karena sudah sejak awal kita merancangnya.
Apa pun keyakinanmu setuju kan dengan hukum alam ini...?
Nah, berarti tinggal kita kembangin, kita sesuaikan aja dengan permasalahan yang kita temui...

Jadi kalo saat ini kita bersusahhati ngadepin suatu persoalan, menurut yang sudah kupahami hingga sejauh ini adalah oleh karena dua sebab berikut ini:
1. Kita pernah melakukan suatu hal buruk di masa lalu dan saat ini menerima konsekwensinya, karena benih apa yang kau tanam maka itulah yang akan tumbuh
2. Batin kita belum cukup terlatih mampu untuk menahan beban di level itu

I guess, and I think, kenapa kita harus berada di saat ini, di sini, untuk mengalami kesulitan ini?
Ya karena baru sampai di level inilah kemampuan yang sudah kita latih.

Kalau level kemampuan kita sudah lebih tinggi ya tentu kita akan berada di tempat dan saat yang lebih baik pula.

Don't you think so?

So? Ntar malem mau siap-siap ngetik omelan curhat soal asap pembakaran lahan di Facebook? 😁 Keknya nggak ah.. mending aku tutup semua pintu dan jendela dan tutup sela bawah pintu dengan kain dan kemudian bersendagurau dengan anak-anakku hingga tiba waktunya "terbang" ke alam tidur...

Esok pagi bangun dalam keadaan segar dan bersiap-siap kembali meneruskan penanaman "bibit-bibit unggul" agar di kemudian hari tumbuh "pohon-pohon peneduh" dan "tumbuh-tumbuhan penyegar udara" yang akan menyebarkan kesegaran dan menaungi kita menghadapi cuaca kehidupan yang adakalanya panas berdebu.

Semoga kita makin hari makin mampu menciptakan sebab-sebab bagi kebahagiaan kita sendiri, keluarga, dan semua... 😀

Salam Semangat Seharian,

Coach Montiar
Motivator No.157 di Indonesia

Kamis, 21 Februari 2019

K A R M A

Di medsos kadang ada yang ngomel, "Dia jahat sama aku, hukum karma berlaku!"

Helloooww... sadar nggak kenapa kita menderita? Itu Akibat dari Sebab yang kita tanam sendiri, itu juga bagian dari Hukum Karma, dan justru Hukum Karma itulah yang sedang berlaku padamu, kok malah "nyumpahin" orang lain 😂

Hukum Karma tidak sesederhana yang umumnya terlihat di permukaan dan dikatakan oleh banyak orang.
Sebagian orang menyebut-nyebut soal Karma dan Hukum Karma hanya hingga batas yang sudah dia tau dan cenderung karena emosi yang sedang mendominasi batinnya saat itu.
Hukum Karma itu luas, perlu dipelajari lebih lanjut.

Jangan Samaratain

Jambi, 21 Februari 2018 jam 7:23 WIB

😀 Good Morning, Good People..

Barusan oweh nyampe rumah, dari nganterin si bungsu ke sekolahnya, menjelang sarapan oweh duduk bentar depan tipi, film pas lagi ada dialog begini:

"Ini untuk kamu, dari Mama."

Sebuah kalung.

"Bagus banget",

"Iya, dari Amerika",

"Ginian aja dari Amerika!?? Jauh banget belinya."

Jadi mikir sejenak... kalung perak bikinan warga dalam negeri dan kalung perak bikinan warga Amerika... hm... menilai secara obyektif, bisa aja sih yang Made in USA ada istimewanya, misalnya batu liontinnya adalah batu yang langka, bernilai tinggi, dan sumbernya di Amerika atau wilayah sekitarnya, tentu itu akan menjadi kalung yang istimewa dibanding kalung-kalung lainnya, tapi bukan saja bila dibanding kalung dalam negeri kita tetapi juga buatan negeri-negeri lainnya. Dan tentu saja Indonesia dan negara lain pun memiliki batu dan Sumber Daya Alam yang berharga dan unik lainnya yang dapat dibentuk menjadi produk istimewa yang Amerika nggak punyai.

Dari sini jadi ingat beberapa konsumenku yang nanya "Lemari ini bikinan Jambi?"

Setiap ditanya begitu aku jadi membatin "Haduh, ni orang...."

Maka kuberitahu mereka, "Bikinan Jambi ado yang jelek, ado yang bagus. Lemari bikinan Jakarta jugo ado yang bagus dan ado yang jelek. Ya kan..!?"

Kan tergantung keterampilan tukangnya dan keberanian produsennya mempekerjakan tukang dan menggunakan bahan baku, bukan begitu?

Jadi kesimpulannya: Jangan menganggap remeh orang-orang daerah kita sendiri, jangan samaratakan. OK?

Kamu harus OK, 'cos kalo kamu nggak setuju so aku akan membatin "Haduh, ni orang... 😑"

Senin, 28 Januari 2019

D I N G I N vs H A N G A T

(Kerajaan Es Parut vs Negara Api)

Dear Friends and Unknown Readers...

What I wanna share ini kesannya remeh, tapi penting untuk kita ketahui.

Bangun pagi apakah kamu pernah menyadari merasakan dingin? Pengen mandi tapi ogah? Pernah? Atau sering? 😀

Atau pernah nggak tengah malam kebangun dan gemeteran karena AC terasa dingin bingit padahal setelnya di suhu 24 angin 1?

Pratiin deh.. di sore atau malam hari saat baru dinyalakan, AC belum dingin, berangsur-angsur angin dinginnya memenuhi ruangan sehingga makin malam makin sejuk, makin malam makin dingin, right!?
Sementara tubuh manusia, tubuh kita, mirip begitu juga, sorenya masih hangat karena sepanjang hari sibuk beraktivitas dan baru aja makan malam, pada jam tidur tubuh berangsur-angsur menjadi berkurang kehangatannya karena dalam posisi diam dan tidak ada asupan makanan dan minuman hangat serta berada di dalam ruangan tertutup berpendingin udara.
Jadi, kalau tengah malam kita / pasangan / orangtua / anak-anak terbangun dan bersin-bersin karena kedinginan maka kalo cuman diselimutin kagak bakal banyak ngaruhnya, selimut tebal tiga lapis pun gak akan ngangetin, coba aja kalonggak percaya, selimut hanya membantu menjadi sedikit lebih hangat tapi tidak benar-benar menghangatkan, yang perlu kita lakukan adalah penghangatan dari dalam: Berilah mereka perhatian penuh kasih sayang... Eh bukan 😝 haha.. oke oke, balik serius. Ehm.. Yang perlu kita lakukan adalah penghangatan dari dalam: Beri minuman hangat yang cukup banyak, baik itu Air Putih Hangat maupun MILO atau Ovaltine Hangat, setelah itu baru bantu dengan Selimut. Begitu caranya 😊
Itu berdasarkan pengamatan dan pengalamanku. Terbukti. Silakan buktikan sendiri.

Tadi belum jam 8 aku dah mandi pagi dan nggak menggigil, bikoooozzz.... belasan menit sebelum mandi aku dah ngopi 😊

That's it.
Semoga tips ini berguna bagi kalian.
Dan supaya berguna ya kudu dipraktekin. Bener apa betul? 😁

Have a Great Day with Family and Friends.

R E S P O N S I B L E

Jam di Smartphone-ku menunjukkan 20:55. Ini aku baru sekitar ½ jam nyampe rumah nih, gaizz.. capek bangett.. badan dan batin 😐 sakit kepala...